selamat datang

SELAMAT DATANG DI KELURAHAN PENJARINGAN, KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA

TUGAS KAMI MELAYANI ANDA DENGAN BENAR

Sabtu, 05 November 2011

Berita Umum

Sejarah Jakarta 

Bicara masalah kota Jakarta, kita langsung ingat dengan peristiwa yang terjadi pada 30 Mei 1619 silam. Dimana ketika itu di Pelabuhan Sunda Kelapa, dentuman meriam dari atas kapal dagang milik Kompeni Belanda (VOC) dibawah pimpinan JP Coen terdengar cukup dasyat. Sasarannya adalah Pangeran Wijayakrama, penguasa Jayakarta saat itu. Dikarenakan begitu dasyatnya serangan kapal (VOC), Pangeran Wijayakrama terpaksa menyingkir bersama para pengikutnya. Dampak dari serangan terebut cukup besar hampir seluruh bangunan hancur rata dengan tanah dan hanya tinggal beberapa bangunan yang masih berdiri sehingga membuat kota Jakarta yang sebelumnya ramai berubah bagaikan kota mati.

Setelah merasa menguasai seluruh Jayakarta, untuk mengantisipasi serangan Sultan Agung dari Mataram yang kala itu masih kuat menguasai wilayah Jawa, JP Coen membangun kastil (sebuah bangunan segi empat mirip puri). Bangunan itu mirip benteng pertahanan dengn luas kurang lebih 3,5 hektar dimana setiap sudutnya diperkuat dengan baluarti (bastion) yang masing-masing dilengkapi dengan beberapa moncong meriam. Bangunannya membentang di sebelah utara terletak di tepi pantai, sebelah barat di tepi Timur muara Ciliwung, clan di sisi luar Selatan, clan Timur dibangunlah parit-parit. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi serangan dari Mataram dibawah pimpinan Sultan Agung yang masih kuat menguasai wilayah Jawa.

Dibawah kekuasaannya, JP Coen merombak tatanan yang telah ada. Dulunya banyak para pedagang dibawah pimpinan Fatahillah yang berdagang di Jayakarta. Tapi sejak saat itu terpaksa menyingkir karena JP Coen melarang mereka untuk berdagang di wilayah itu dan keberadaan mereka diganti dengan para pedagang yang berasal dari Belanda. Padahal Jayakarta pada saat itu menjadi pusat perdagangan Asia dan Eropa.
Dari sebelah Timur Ciliwung, JP Coen membangun kota ala bangunan Belanda. Pada tahun 1612 nama Jayakarta pun dirubah menjadi Batavia. Hingga sekarang dapat dilihat dari bentuk arsitektur bangunan kuno dikawasan kota Jakarta Barat yang telah menjadi cagar budaya.
Pada perkembangan selanjutnya, Sultan Agung mengadakan serangan yang bertubi-tubi. Walaupun semua itu dapat dipatahkan oleh JP Coen dengan politik devide et imperanya. Kekuasaan Belanda makin kuat lagi setelah berhasil menaklukkan Malaka dari kekuasaan Portugis dan beberapa kerajaan nusantara seperti Banten dan Mataram. Hampir seluruh wilayah Jawa menjadi kekuasaannya dengan Batavia sebagai pusat pengendali pemerintahan.
Batavia juga pernah dikuasai Inggris pada tahun 1811. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Setelah adanya konvensi London, pada tahun 1824 wilayah jajahan Belanda dikembalikan lagi oleh Inggris. Dan sebaliknya, Inggris hanya menguasai wilayah Malaka dan sekitarnya. Belanda dengan leluasa memonopoli dagang lewat VOC.

Pada tahun 1947, bangsa asing hendak menjamah kembali. Demi kelanjutan perjuangan pada tahun 1949, Jogyakarta menggantikan kedudukan Jakarta sebagai pusat perjuangan bangsa. Berkat kebulatan tekad, maka setahun kemudian Jakarta kembali memegang peranannya sebagai Ibukota Negara RI. Ketetapan ini diperkuat dengan Undang Undang tahun 1964.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar